Jukut Ares: Sup Batang Pisang Khas Bali yang Unik

Jukut Ares: Sup Batang Pisang Khas Bali yang Unik – Ketika berbicara tentang kuliner Bali, banyak orang langsung terbayang pada babi guling, lawar, atau sate lilit. Namun di balik popularitas hidangan-hidangan tersebut, tersimpan satu sajian tradisional yang tak kalah menarik, yaitu Jukut Ares — sup hangat dari batang pisang muda yang menggoda selera.

Meski sederhana, Jukut Ares menyimpan filosofi mendalam dan menjadi saksi kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Bagi mereka, makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang makna dan keseimbangan. Lewat Jukut Ares, kita bisa melihat bagaimana orang Bali menghargai alam dan memanfaatkan apa pun yang tersedia di sekitarnya dengan penuh rasa syukur.


Asal-Usul dan Makna Filosofis Jukut Ares

Nama “Jukut Ares” berasal dari dua kata dalam bahasa Bali: jukut berarti sayur atau hidangan berkuah, dan ares berarti batang pisang muda. Hidangan ini telah dikenal turun-temurun, terutama di desa-desa Bali yang masih menjunjung tinggi nilai adat dan spiritual.

Secara tradisional, Jukut Ares disajikan dalam berbagai upacara adat seperti metatah (potong gigi), odalan (upacara di pura), hingga ngaben (upacara pembakaran jenazah). Biasanya, masakan ini dibuat dari daging ayam, bebek, atau babi yang telah digunakan dalam persembahan kepada para dewa. Setelah upacara selesai, daging tersebut dimasak kembali bersama batang pisang muda — simbol dari kelanjutan hidup dan rasa syukur kepada alam.

Makna di balik Jukut Ares selaras dengan filosofi Tri Hita Karana, yakni tiga sumber kebahagiaan hidup: harmoni dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Batang pisang yang menjadi bahan utama melambangkan kesuburan dan keberlanjutan. Hampir seluruh bagian pohon pisang dapat dimanfaatkan — buahnya dimakan, daunnya untuk membungkus makanan, dan batangnya diolah menjadi sup yang lezat.

Dengan begitu, Jukut Ares tidak hanya menunjukkan kreativitas kuliner, tetapi juga mencerminkan cara berpikir masyarakat Bali yang menghormati setiap unsur alam. Mereka percaya bahwa tidak ada bagian dari alam yang sia-sia, selama manusia tahu cara mengolah dan mensyukurinya.

Bagi orang Bali, Jukut Ares bukan sekadar makanan pelengkap. Ia adalah simbol kehidupan sederhana yang penuh kebersamaan. Proses memasaknya sering dilakukan bersama-sama, di dapur terbuka yang penuh tawa, obrolan, dan aroma rempah yang semerbak. Setiap sendok kuahnya mengandung cerita tentang keluarga, kebersamaan, dan rasa cinta terhadap tanah kelahiran.


Bahan dan Cara Membuat Jukut Ares

Meski tampak sederhana, membuat Jukut Ares membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Kunci utama terletak pada pemilihan bahan, terutama batang pisang yang digunakan. Biasanya, masyarakat Bali memilih batang pisang kepok atau pisang raja yang masih muda karena seratnya lembut dan tidak terlalu keras. Batang yang sudah tua akan membuat rasa sup menjadi getir.

Berikut bahan-bahan yang umum digunakan:

  • Batang pisang muda (ares) secukupnya

  • Daging ayam atau bebek, potong kecil

  • Bumbu halus: bawang merah, bawang putih, cabai, kunyit, jahe, lengkuas, serai, terasi, dan garam

  • Daun salam dan daun jeruk untuk menambah aroma

  • Air secukupnya, bisa juga ditambah santan jika ingin rasa lebih gurih

Langkah pembuatannya:

  1. Mengolah batang pisang
    Bagian dalam batang pisang dikupas hingga terlihat warna putih cerah. Lalu, diiris tipis atau diserut halus. Potongan ini kemudian direndam dalam air garam atau air perasan jeruk agar getahnya hilang dan tidak membuat kuah sepat.

  2. Menumis bumbu
    Bumbu halus ditumis hingga harum. Proses ini sangat penting karena menentukan aroma khas Jukut Ares. Ketika lengkuas, serai, dan terasi mulai mengeluarkan wangi rempah yang kuat, barulah daging dimasukkan.

  3. Memasak hingga matang
    Setelah daging berubah warna dan bumbu meresap, tambahkan potongan batang pisang dan air secukupnya. Biarkan mendidih hingga batang pisang empuk dan kuah berubah kekuningan. Jika ingin versi yang lebih gurih, tambahkan sedikit santan.

  4. Penyajian
    Jukut Ares paling nikmat disajikan hangat-hangat, bersama nasi putih dan sambal matah. Kuahnya yang gurih dan sedikit pedas memberikan sensasi menyegarkan, terutama saat dinikmati pada pagi atau sore hari setelah bekerja di sawah.

Rasa Jukut Ares unik dan sulit dibandingkan dengan sup lain. Batang pisang memberikan tekstur lembut yang menyerap kuah rempah dengan sempurna, sementara dagingnya menambah kekayaan rasa. Tak heran jika bagi banyak orang Bali, aroma Jukut Ares yang mengepul dari dapur sering membawa kenangan masa kecil — suasana rumah yang hangat dan sederhana.

Selain lezat, Jukut Ares juga menyehatkan. Batang pisang dikenal memiliki kandungan serat tinggi, dapat membantu melancarkan pencernaan, serta dipercaya menurunkan kolesterol. Kandungan mineral alaminya juga baik untuk menjaga daya tahan tubuh. Ini menjadikan Jukut Ares bukan hanya makanan tradisional, tapi juga hidangan yang kaya manfaat.


Jukut Ares di Era Modern dan Upaya Pelestarian

Seiring perkembangan zaman, keberadaan Jukut Ares mulai jarang dijumpai, terutama di kawasan perkotaan. Generasi muda Bali kini lebih akrab dengan kuliner modern seperti burger, pizza, atau makanan cepat saji. Padahal, Jukut Ares menyimpan nilai budaya yang tak ternilai — warisan rasa dan kearifan yang seharusnya terus hidup.

Beberapa pegiat kuliner lokal kini berupaya mengembalikan pamor Jukut Ares. Di daerah Ubud, Gianyar, dan Bangli, sejumlah restoran mulai menyajikan Jukut Ares dalam versi modern. Ada yang menambahkan topping ayam suwir, ada pula yang menggunakan kaldu bening agar lebih ringan di lidah wisatawan. Namun satu hal yang tidak berubah: cita rasa rempah dan kehangatan kuahnya tetap terjaga.

Selain di dunia kuliner, pelestarian Jukut Ares juga dilakukan lewat pendidikan. Sekolah pariwisata dan kuliner di Bali mulai mengenalkan hidangan ini dalam materi praktik masak tradisional. Langkah ini penting agar generasi muda tidak hanya tahu cara membuatnya, tetapi juga memahami makna budaya yang terkandung di balik setiap sendok sup yang mereka sajikan.

Jukut Ares juga berpotensi besar sebagai daya tarik wisata kuliner. Dalam konsep slow food tourism, wisatawan diajak menikmati hidangan yang diolah secara tradisional dengan bahan lokal. Bayangkan, wisatawan asing datang ke Bali, lalu belajar langsung bagaimana memotong batang pisang, menumis bumbu, hingga mencicipi hasil masakannya sendiri — sebuah pengalaman budaya yang autentik dan berkesan.

Melalui cara-cara seperti inilah, Jukut Ares dapat bertahan di tengah arus modernisasi. Ia bukan hanya makanan, melainkan representasi identitas, nilai, dan sejarah masyarakat Bali.


Kesimpulan

Jukut Ares bukan sekadar sup dari batang pisang, tetapi cermin dari kehidupan dan filosofi orang Bali. Di dalam semangkuk kuah hangat itu, tersimpan nilai kesederhanaan, kebersamaan, serta rasa hormat kepada alam. Dari dapur pedesaan hingga restoran modern, Jukut Ares mengajarkan bahwa sesuatu yang sederhana bisa memiliki makna mendalam — asal disiapkan dengan hati dan penuh syukur.

Melestarikan Jukut Ares berarti menjaga salah satu warisan kuliner Nusantara yang unik dan sarat nilai. Dengan memperkenalkan kembali hidangan ini kepada generasi muda dan wisatawan, kita tidak hanya menjaga rasa, tetapi juga melestarikan semangat budaya yang hidup di setiap sendoknya.

Karena sejatinya, semangkuk Jukut Ares bukan hanya makanan — ia adalah kisah tentang tradisi, cinta, dan keseimbangan yang tumbuh bersama tanah Bali.

Scroll to Top