Seruit, Kuliner Tradisi Pemersatu Masyarakat Lampung – Seruit merupakan salah satu kuliner khas Provinsi Lampung yang memiliki cita rasa unik sekaligus sarat makna. Makanan ini bukan sekadar hidangan untuk mengisi perut, melainkan simbol kebersamaan dan persaudaraan yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Lampung, khususnya suku Lampung Pepadun. Dalam tradisi setempat, Seruit kerap dihidangkan pada acara-acara penting, seperti pernikahan, khitanan, syukuran, hingga perayaan adat.
Asal usul Seruit berawal dari kebiasaan masyarakat pesisir dan pedalaman Lampung yang gemar memanfaatkan hasil alam setempat, terutama ikan air tawar dari sungai atau rawa. Ikan-ikan seperti patin, baung, atau layis biasanya dibakar atau digoreng, lalu dihidangkan bersama sambal terasi khas Lampung yang dicampur tempoyak (fermentasi durian) atau mangga muda. Paduan rasa gurih, asam, pedas, dan sedikit manis ini menciptakan sensasi kuliner yang khas dan sulit ditemukan di daerah lain.
Lebih dari sekadar makanan, Seruit memiliki filosofi yang mendalam. Kata seruit sendiri dalam bahasa Lampung berarti “dimakan bersama-sama”. Artinya, hidangan ini mengajarkan nilai kebersamaan, gotong royong, dan keharmonisan. Saat acara adat berlangsung, Seruit biasanya disajikan di tengah-tengah, lalu dinikmati secara beramai-ramai. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa makan bersama mampu mempererat hubungan sosial dan menghilangkan sekat perbedaan.
Tidak hanya itu, Seruit juga mencerminkan kearifan lokal dalam mengolah bahan makanan. Masyarakat Lampung percaya bahwa setiap rasa dalam Seruit—pedas, asam, dan gurih—merepresentasikan dinamika kehidupan: ada suka, duka, dan tantangan yang harus dijalani bersama. Inilah yang membuat Seruit bukan hanya sekadar menu kuliner, melainkan bagian dari identitas budaya Lampung.
Proses Pembuatan dan Ragam Variasi Seruit
Membuat Seruit membutuhkan keterampilan khusus, terutama dalam memadukan bumbu dan menjaga kualitas ikan. Prosesnya dimulai dengan memilih ikan segar. Ikan air tawar seperti patin, baung, atau nila menjadi pilihan favorit karena dagingnya lembut dan rasanya manis alami. Ikan kemudian dibersihkan, dilumuri garam, dan dibakar atau digoreng hingga matang sempurna.
Bagian terpenting dari Seruit adalah sambalnya. Sambal khas Lampung biasanya dibuat dari cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, terasi, garam, dan gula. Bahan-bahan tersebut diulek hingga halus, lalu ditambahkan tempoyak atau mangga muda parut untuk memberikan rasa asam yang segar. Tempoyak memberikan aroma khas yang kuat, sedangkan mangga muda menambah sensasi asam yang lebih ringan.
Setelah sambal siap, ikan yang sudah matang dicampurkan ke dalam sambal dan diaduk perlahan. Proses ini memungkinkan bumbu meresap ke dalam daging ikan. Seruit kemudian disajikan bersama nasi hangat, lalapan segar, dan sayuran rebus seperti daun singkong atau jantung pisang.
Variasi Seruit dapat ditemukan di berbagai daerah di Lampung. Misalnya, di daerah pesisir, Seruit sering dibuat dari ikan laut seperti kembung atau tongkol. Sementara itu, di wilayah pedalaman, ikan sungai tetap menjadi pilihan utama. Ada juga variasi rasa, seperti Seruit tanpa tempoyak untuk mereka yang kurang menyukai aroma fermentasi durian, atau Seruit dengan tambahan petai dan jengkol untuk cita rasa yang lebih tajam.
Menariknya, proses pembuatan Seruit kerap dilakukan bersama-sama, terutama saat ada hajatan besar. Anggota keluarga atau tetangga saling membantu, mulai dari menyiapkan bahan, membakar ikan, hingga meracik sambal. Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang mempererat silaturahmi, di mana canda tawa dan cerita mengalir sambil memasak.
Seruit di Era Modern dan Upaya Pelestarian
Seiring perkembangan zaman, pola konsumsi masyarakat Lampung mulai berubah. Restoran modern, makanan cepat saji, dan kuliner instan semakin mendominasi. Meski demikian, Seruit tetap bertahan sebagai salah satu kuliner kebanggaan daerah. Bahkan, di beberapa kota besar seperti Bandar Lampung, banyak rumah makan yang secara khusus menyajikan Seruit sebagai menu andalan, baik untuk warga lokal maupun wisatawan.
Pemerintah daerah bersama pelaku pariwisata juga aktif mempromosikan Seruit melalui berbagai festival kuliner dan event budaya. Festival Krakatau, misalnya, sering menampilkan stan kuliner tradisional yang memungkinkan pengunjung mencicipi Seruit langsung dari tangan ahli masaknya. Upaya ini tidak hanya mengenalkan Seruit kepada wisatawan, tetapi juga mengajak generasi muda untuk mencintai kuliner warisan leluhur.
Di media sosial, banyak food blogger dan influencer kuliner yang membagikan pengalaman mencicipi Seruit. Foto ikan bakar dengan sambal tempoyak yang menggugah selera menjadi daya tarik visual yang memicu rasa penasaran. Beberapa bahkan membuat konten edukatif yang membahas sejarah, resep, dan filosofi Seruit, sehingga kuliner ini semakin dikenal di kancah nasional.
Namun, tantangan tetap ada. Generasi muda cenderung menyukai makanan praktis dan cepat saji, sementara proses pembuatan Seruit relatif memakan waktu. Untuk menjawab tantangan ini, beberapa pelaku usaha kuliner berinovasi dengan membuat paket Seruit siap saji atau bumbu sambal tempoyak instan. Dengan begitu, masyarakat tetap bisa menikmati cita rasa Seruit tanpa harus repot memasak dari awal.
Pelestarian Seruit juga membutuhkan peran keluarga. Orang tua dapat mengenalkan anak-anak pada kuliner ini sejak dini, baik dengan mengajak mereka makan bersama di rumah makan tradisional maupun dengan melibatkan mereka saat memasak di rumah. Cara ini tidak hanya menjaga kelestarian rasa, tetapi juga menanamkan nilai kebersamaan yang menjadi ruh dari Seruit itu sendiri.
Kesimpulan
Seruit bukan sekadar kuliner khas Lampung, melainkan warisan budaya yang mengajarkan makna kebersamaan, persaudaraan, dan gotong royong. Hidangan ini memadukan ikan segar dengan sambal khas yang berpadu rasa pedas, asam, dan gurih, menciptakan sensasi rasa yang unik dan penuh karakter.
Di tengah arus modernisasi, Seruit tetap bertahan berkat peran aktif masyarakat, pemerintah, dan pelaku kuliner yang terus mempromosikan dan melestarikannya. Dengan inovasi dan adaptasi, Seruit mampu menjangkau generasi muda tanpa kehilangan identitas aslinya.
Menikmati Seruit berarti ikut merasakan kehangatan tradisi Lampung yang telah diwariskan turun-temurun. Lebih dari sekadar menyantap makanan, ini adalah pengalaman budaya yang mempertemukan rasa, cerita, dan kebersamaan dalam satu piring.